Afrika yaitu benua yang kaya akan sumber daya alam. Tetapi, benua ini justru menjadi benua termiskin di dunia. Total PDB tiruana negara di Afrika hampir sepertiga dari PDB Amerika Serikat. Meskipun demikian, pertumbuhan ekonomi negara-negara Afrika merupakan salah satu yang tercepat di dunia. Meskipun masih ada sejumlah negara yang dilanda konflik dan kemiskinan yang luar biasa. Kemiskinan di Afrika sepertinya susah dipecahkan dan ada perdebatan wacana penyebabnya. Penyebab umumnya yaitu perang, kerusuhan, korupsi, politik yang tidak stabil, dan rezim pemerintah yang lalai. Mengapa Afrika banyak mempunyai negara miskin dan terbelakang? Langsung saja kita simak yang pertama:
Baca juga: 20 Negara Miskin di Benua Afrika
negara maju menghambat pertumbuhan Afrika. Knorma dan watak negara-negara berkembang memanen hasil pertanian dengan biaya rendah, mereka umumnya tidak mengekspor sebanyak yang diharapkan. Berlimpahnya subsidi pertanian dan tingginya tarif impor di negara maju menyerupai Jepang, Uni Eropa, dan Amerika Serikat dianggap menjadi penyebabnya. Meskipun subsidi dan tarif telah dikurangi secara bertahap, tetap saja masih tinggi.
Kondisi domestik juga mempengaruhi ekspor. Over-regulasi di beberapa negara Afrika justru mencegah ekspor. Penelitian oleh Jane Shaw mengatakan bahwa intervensi negara besar menekan pertumbuhan ekonomi Afrika. Petani hanya bisa melayani pasar lokal lantaran peluang ekspor sangat sedikit. Karena terdesak pasar, para petani diberinovasi ludang kecepeh sedikit sehingga menumbuhkan ludang kecepeh sedikit masakan yang semakin menggerogoti kinerja ekonomi.
9. Konflik Berkepanjangan
Negara-negara di Afrika dikenal rawan konflik dan kekerasan menyerupai di Sudan Selatan, Somalia, Zimbabwe, Sudah, Chad, dan Republik Demokratik Kongo. Pemerintah Somalia bahkan tidak mempunyai otoritas atas sebagian besar daerahnya sehingga disebut negara gagal. Perang saudara di Republik Demokratik Kongo dan Sudan Selatan telah menciptakan sebagian warga hidup di bawah garis kemiskinan. Kekayaan alam dan mineral habis untuk mendanai perang dan kepentingan pribadi. Selain itu, ada juga pergolakan etnis yang semakin memperparah konflik di Afrika.
10. Pemerintah yang Tidak Stabil dan Korup
Meskipun pada tahun 1960-an tingkat pendapatan Afrika dan Asia sama, Asia melampaui Afrika semenjak itu. Salah satu ekonom beropini bahwa pembangunan ekonomi Asia yang pesat dihasilkan dari investasi lokal. Korupsi di Afrika salah satunya berupa pemindahan modal finansial yang dihasilkan negara tidak untuk investasi di negaranya sendiri, melainkan disimpan di luar negeri. Stereotip para diktator Afrika dengan rekening bank Swiss seringkali terpercaya. Peneliti dari University of Massachusetts memperkirakan bahwa dari 1970 sampai 1996, pelarian modal dari 30 negara sub-Sahara mencapai US$ 187 miliar meludang kecepehi utang luar negeri negara tersebut. Pejabat seringkali menyimpan kekayaan mereka di luar negeri dan kemungkinan tidak akan diambil untuk masa depan.
Meskipun korupsi menjadi duduk kasus umum di setiap negara, di Afrika seringkali ludang kecepeh parah. Banyak penduduk orisinil Afrika percaya bahwa hubungan keluarga ludang kecepeh penting daripada profesionalisme sehingga orang-orang berwenang sering memakai nepotisme dan penyuapan untuk kepentingan mereka.
11. Bantuan Luar Negeri
Kebanyakan kelaparan ludang kecepeh disebabkan oleh kurangnya pendapatan dibandingkan kekurangan makanan. Dalam situasi menyerupai ini, sumbangan masakan (sebagai lawan dari sumbangan keuangan) mempunyai dampak dan efek menghancurkan pertanian lokal dan memdiberi manfaat bagi agribisnis Barat yang sangat overproduksi masakan sebagai akhir dari subsidi pertanian. Secara historis, sumbangan masakan ludang kecepeh tinggi bekerjasama dengan keludang kecepehan pasokan di negara-negara Barat daripada kebutuhan negara-negara berkembang. Bantuan luar negeri telah menjadi belahan dari pembangunan ekonomi Afrika semenjak 1980-an.
Model sumbangan telah dikritik lantaran menggantikan inisiatif perdagangan. Bukti yang berkembang mengatakan bahwa sumbangan luar negeri justru menciptakan benua tersebut menjadi ludang kecepeh miskin. Salah satu kritikus terbesar dari model sumbangan yaitu ekonomi Dambiso Moyo (seorang ekonom Zambia yang berbasis di Amerika Serikat) yang menyoroti bagaimana sumbangan gila telah menjadi penghalang bagi pembangunan lokal.
Saat ini, Afrika menghadapi duduk kasus penerimaan sumbangan gila di tempat yang ada potensi penghasilan tinggi. Afrika membutuhkan ludang kecepeh banyak kudang kecepejakan ekonomi dan partisipasi aktif dalam ekonomi dunia.