Contoh Hikayat : Lengkap Beserta Pengertian, Ciri-Ciri Dan Jenisnya

Contoh Hikayat – Pada materi sebelumnya sudah membahas mengenai Contoh Gurindam. Namun mteri kali ini akan membahas mengenai Contoh Hikayat Beserta pengertian,Ciri dan Jenisnya. Untuk lebih lengkapnya simak penjelasannya dibawah ini :

Pengertian Hikayat

Pada materi sebelumnya sudah membahas mengenai Contoh Hikayat : Lengkap Beserta Pengertian, Ciri-Ciri dan Jenisnya — Contoh Hikayat

Hikayat adalah penggalan dari suatu karya sastra usang yang berbentuk prosa dan isinya bercerita mengenai kehidupan dari kaum ningrat atau orang-orang ternama dengan segala kehebatan, keluarga istana, kehebatan dan kesaktian ataupun kepahlawanannya. Isinya juga menceritakan perihal kekuatan, mukjizat dan segala keanehannya.

Adapun kata hikayat berasal dari bahasa Arab, yakni haka yang artinya bercerita atau menceritakan. Kegunaan hikayat yakni sebagai pembangkit semangat, penghibur atau pelipur lara, atau hanya untuk meramaikan suatu pesta.

Sering kali, hikayat bentuknya ibarat dengan kisah sejarah yang isinya banyak terdapat hal-hal yang tidak masuk nalar dan penuh dengan keajaiban

Jenis-Jenis Hikayat

Adapun hikayat sanggup dibedakan menjadi dua kategori yaitu menurut kategori isi dan kategori asalnya. Berdasarkan kategori isi hikayat terbagi menjadi :

Epos India

Cerita Asal Jawa

Cerita Rakyat

Sejarah dan Biografi

Cerita Islam

Cerita Bertingkat

Sedangkan menurut kategori asalnya, hikayat terbagi menjadi 4 klasifikasi, yaitu :

Pengaruh Jawa

Melayu Asli

Pengaruh Hindu

Pengaruh Persia

Dari klarifikasi diatas sanggup kita ketahui bahwa hikayat dipengaruhi dari beberapa wilayah ibarat Arab, Persia, Melayu, India, serta Jawa. Adapun banyak pola hikayat yang sangat dikenal dan melegenda hingga ketika ini ibarat Seribu Satu Malam, Sri Rama, Panji Semirang, Hang Tuah, dan sebagainya.

Ciri-Ciri Hikayat

Apabila ditinjau dari struktur kebahasaan, penulisan hikayat mempunyai ciri-ciri tertentu, antara lain sebagai berikut :

Anonim, pengarangnya tidak diketahui

Statis, tidak mengandung banyak perubahan, tetap

Istana sentris, atau berlatar belakang kisah kerajaan

Kolektif dan komunal, milik bersama

Tradisional, biasanya mengandung tradisi dan budaya dari wilayah tertentu

Menggunakan pengulangan bahasa

Bersifat edukasi, mendidik benar

Selalu menceritakan kisah antara kebaikan yang menang melawan kebatilan

Khayalan

Contoh Hikayat

1. Hikayat Abu Nawas

Botol Ajaib”Tidak ada hentinya, tiada kapok-kapoknya. Sang Baginda mencoba setiap ketika memanggil Abu Nawas untuk menjebaknya dengan banyak sekali pertanyaan atau kiprah yang tidak masuk diakal. Begitu pula hari ini Abu Nawas pun dipanggil ke istana. Usai datang di istana, Sang Baginda Raja menyambutnya dengan sebuah senyuman. “Akhir-akhir ini saya sering menerima gangguan perut. Kata tabib pribadiku, Aku merasa Masuk angin.” Ucap Baginda memulai percakapan.

“Ampuni hamba Tuanku, sekiranya apa yang bisa hamba perbuat sehingga Baginda memanggil hamba”, Tanya Abu Nawas.

“Aku hanya ingin engkau menangkap angin yang menyerangku dan memenjarakannya”. Kata Baginda.

Abu Nawas terdiam. Tanpa sepatah kata keluar dari mulutnya. Ia tidak memikirkan cara untuk menangkap angin, namun ia berpikir untuk menandakan bahwa tangkapannya yaitu benar angin. Angin tidak bisa dilihat, begitu pikirnya. Tidak ada benda paling aneh dibandingkan dengan angin. Berbeda dengan air, meskipun tidak mempunyai warna tetapi masih bisa untuk dilihat wujudnya. Sang Baginda Raja memperlihatkan waktu selama tiga hari saja untuk Abu Nawas.

Ketika itu Abu Nawas pulang kerumah dan membawa pekerjaan rumah dari sang Baginda Raja. Akan tetapi, Dirinya tidak merasa sedih, Sebab memang ia begitu percaya pada takdir. Abu berkeyakinan bahwa dengan berpikir sanggup terbentang jalan keluar dari kesulitan yang sedang dihadapinya. Dengan berpikir, dirinya percaya bisa memperlihatkan sesuatu pada orang lain yang membutuhkan terutama orang-orang miskin. Sering kali memang Abu Nawas membawa uang emas hasil sumbangan sang Baginda atas kecerdikkannya.

Akan tetapi, sudah tiga hari ini Abu Nawas belum mendapatkan ilham untuk menangkap angin apalagi memenjarakannya. Esok yaitu hari terakhir dan ia hampir putus asa. Karena memikirkan hal itu Abu Nawas hingga tidak bisa tidur. Mungkin ini takdirnya, alasannya kali ini Abu Nawas harus mendapatkan sanksi lantaran gagal memenjarakan angin. Ia berjalan lemas menuju istana. Dalam kepasrahannya, ia tiba-tiba teringat akan Aladin dan lampu wasiat.

“Bukankah jin itu tidak terlihat?”, gumam Abu Nawas. Ia pun berlari pulang dengan girangnya. Setibanya di rumah, dengan cepat Ia menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan, kemudian menuju istana. Di pintu gerbang istana, Abu Nawas dipersilahkan masuk oleh pengawal yang sudah mengenalnya semenjak lama. Apalagi Baginda Raja sedang menantinya begitu lama.

Dengan tergesa Sang Baginda bertanya kepada Abu Nawas, “Sudahkah kamu memenjarakan angin Abu Nawas?”.

“Sudah Baginda, “jawab Abu Nawas dengan lantang. Dengan wajah merah merekah sambil mengeluarkan botol yang sudah disumbat. Abu Nawas menyerahkan botol tersebut pada sang Raja. Baginda menatap serta memperhatikan botol dengan seksama.

“Mana angin itu, hai Abu Nawas?”

“Ada Didalam Yang Mulia.”

“Aku tak lihat apapun”, kata Baginda lagi.

“Mohon maaf Tuanku, Memang angin tidak sanggup dilihat, tetapi jika Paduka ingin tahu angin,Bukalah tutp botol itu.” ujar Abu Nawas.

Saat Bagida membukanya, Iapun mencium aroma yang amat busuk.

“Bau apa ini, Hai Abu Nawas?”,Kata Baginda bertanya.

“Mohon maaf Tuanku, Hamba tadi membuang angin kemudian memasukannya ke dalam botol supaya tidak lagi menyerang. Setelah itu hamba memenjarakannya didalam botol.” Jawab Abu Nawas sambil ketakutan.

Sang Baginda Raja pun tidak hingga hati untuk bisa murka kepada Abu Nawas. Perihal alasan dan klarifikasi Abu Nawas yang dianggap masuk akal. Abu Nawas pun tidak jadi dieksekusi dan selamat

TAMAT

2. Hikayat Panji Semirang

Pada zaman dahulu Alkisah ada seorang raja di Tanah Jawa yang merupakan empat bersaudara. Yang renta menjadi raja di Kuripan, yang muda menjadi raja di Daha, yang tengah menjadi raja di Gegelang, dan yang bungsu menjadi rajadi Singasari. Mereka berempat bersaudara dan saling mencintai satu sama lain. Negeri tempat mereka tinggal sangat ramai dan termasyur. Begitu banyak pedagang-pedagang asing yang telah masuk untuk berniaga di dalam negeri itu.

Awal mula dari seseorang yang berjulukan Nata Kuripan dengan selirnya yang mempunyai nama Paduka Mahadewi. Mereka mempunyai anak pria yang sangat tampan rupanya. Dari wajahnya sudah terlihat jejak-jejak keagungan dari ayahnya. Dan semenjak ketika itu, diberinyalah inang pengasuh serta tanah di Karang Banjar Ketapang. Adapun Orang sering menyebut anak tersebut dengan sebutan Raden Banjar Ketapang.

Permaisuri Kuripan yang mengetahui itu, juga ingin mempunyai anak pria yang baik parasnya. Ia pun mendiskusikannya dengan suaminya. Setelah beberapa lama, mereka tetapkan untuk menyembah segala dewa-dewa selama 40 hari 40 malam supaya keinginannya dikabulkan.

TAMAT

3. Hikayat Si Miskin

Pada Suatu hari ada sepasang suami istri yang dikutuk menjadi miskin, melahirkan seorang anak yang berjulukan Marakarma. Sejak anak itu lahir, keduanya pun mulai hidup berkecukupan. Kemudian, spesialis nujum telah meramalkan bahwasannya Marakarma akan membawa sial teruntuk keluarganya. Ayah Murakarma pun meyakini hal tersebut dan sang anak pun dibuangnya ke suatu tempat. Sejak anaknya dibuang, hidup Ayah Murakarma justru semakin miskin lagi melarat.

Di tempat lain, Murakarma yang terbuang mencar ilmu banyak sekali kesaktian di tempat pembuangannya. Tanpa bukti yang jelas, ia dituduh telah melaksanakan pencurian, dan ia pun dibuang ke lautan dan terdampar di pantai. Saat terdampar di pantai, ia bertemu dengan seorang putri yang berjulukan Putri Cahaya. Sang putri tersebut telah menyelamatkan hidup Murakarma. Sejak ketika itu, Murakarma pun mencoba pulang ke kampung halamannya. Saat di perjalanan, Dia selalu mendapatkan kesialan, sekaligus keberuntungan demi keberuntungan.

4. Hikayat Bunga Kemuning

Dahulu kala, ada seorang anak raja yang mempunyai 10 orang putri yang ia beri nama dengan banyak sekali nama-nama warna. Istri sang raja sendiri sudah usang sekali wafat usai melahirkan anak bungsu mereka, Putri Kuning. Sangat berbeda dari anaknya yang lain, Putri Kuning ini mempunyai sikap yang amat baik, tidak ibarat kaka-kaknya yang pembangkang dan manja.

Suatu ketika, sang rasa hendak pergi ke suatu kawasan untuk suatu keperluan. Ke-9 putri-putrinya meminta dibawakan buah tangan yang glamor dari sang raja. Sedangkan, Putri Kuning tidak meminta apa pun, dan hanya berharap supaya sang raja pulang dengan selamat.

Singkat kata, sang raja pulang membawa hadiah dan memberikannya kepada putri bungsunya, Yaitu Putri kuning.Lalu Putri -putri nya yang lain beserta saudara-saudaranya merasa cemburu dan mempunyai niat untuk memperlihatkan pelajaran kepada adik mereka.

Tanpa sepengetahuan sang raja, Putri Kuning dipukul oleh kakak-kakaknya hingga meninggal dan dikuburkan di tempat yang tak jauh dari istana. Mengetahui anaknya telah menghilang, sang raja pun mencari-cari putri bungsunya, tetapi tak jua ditemukan.

Suatu hari, sang raja melihat bunga yang berwarna kuning tumbuh pada sebuah tanah. Ternyata, tanah itulah tempat dikuburkannya anak bungsu raja. Melihat bunga tersebut, sang raja pun segera menamainya dengan bunga kemuning.

Demikianlah pembahasan materi kali ini,Semoga artikel ini sanggup bermanfaat dan sanggup menambah pengetahuan serta wawasan kita semua

Artikel Lainnya: